Berita  

Warga di Padang Harus Menggunakan Masker, Kabut Asap Semakin Meningkat

Kabut asap di Kota Padang semakin tebal. Pemerintah Kota Padang mengeluarkan edaran agar warga tidak terkena paparan kabut asap dari daerah tetangga.

“Karena kabut asap semakin tebal, warga diimbau untuk mengenakan masker,” kata Wali Kota Padang, Hendri Septa, pada Rabu (18/10/2023).

Pada siang hari, kondisi udara di Kota Padang semakin terhalang oleh kabut asap. Jarak pandang semakin pendek. Untuk menjaga kesehatan, Hendri meminta masyarakat menggunakan masker, minimal masker bedah, atau sebaiknya masker N95/KN95 atau KF94 untuk mencegah ISPA.

Hendri Septa juga mengimbau kelompok rentan, seperti bayi, anak-anak, lansia, dan orang yang rentan terhadap penyakit hidung dan tenggorokan, untuk menunda keluar rumah.

“Jika mengalami gangguan pernafasan atau iritasi mata, segera periksakan diri ke layanan kesehatan,” ujar Hendri Septa.

Selain itu, Wali Kota Padang juga mengajak warganya untuk mengonsumsi buah-buahan dan sayur serta minum air putih secukupnya. Warga Padang juga diingatkan untuk tidak membakar sampah karena dapat memperburuk kualitas udara.

Berdasarkan data AMQS Kota Padang, Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) di kota tersebut naik menjadi level tidak sehat pada Rabu siang. AMQS mencatat pencemaran udara berada di level 105.

Seorang warga Padang bernama Melisha (32) mengkhawatirkan kondisi udara di Padang. Ibu dari dua anak ini khawatir kualitas udara yang buruk di Padang akan berdampak pada kesehatan anak-anaknya yang masih bersekolah di Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).

“Ikut terlihat debunya. Misalnya, mobil yang diparkir di luar saja sudah terlihat debunya menumpuk,” ujar Melisha.

Melisha berharap Pemko Padang dapat beralih ke pembelajaran daring atau sekolah dari rumah untuk sementara waktu. Hal ini karena sulit mengontrol anak-anak agar tidak bermain di luar ruangan.

Tari (40), warga Ulak Karang, Padang, juga merasakan kekhawatiran yang sama. Ia mengaku telah mengurangi aktivitas di luar rumah dalam beberapa minggu terakhir dan melarang anak-anaknya bermain di luar rumah.

“Sudah lama udaranya seperti ini. Tapi mengapa pemerintah tidak mencari solusi?” kata Tari.

Exit mobile version