Selama 17 hari terakhir, pesawat-pesawat Israel terus menjatuhkan bom-bom di berbagai wilayah di Gaza. Tidak ada bangunan yang terkecuali, semua diserang. Bagi Israel, tempat tinggal warga, masjid, gereja, rumah sakit, sekolah, semuanya dihancurkan karena dianggap sebagai markas Hamas. Penyerangan ini tidak membedakan bayi, perempuan, atau lansia, semuanya menjadi sasaran. Meskipun menghadapi genosida seperti ini, warga Gaza tidak kehilangan kebaikan mereka.
Di luar rumah Jamil Abu Assi di kota Bani Suhaila di Gaza selatan, sebelah timur Khan Younis, seorang pria berusia 31 tahun dan sepupunya sibuk memasak makanan dalam kuali besar. Awalnya, Abu Assi telah memasak makanan rumahan berdasarkan permintaan orang lain, tetapi setelah serangan udara Israel menghancurkan dapurnya pada tahun 2014 di Jalur Gaza, dia mengubah sikapnya.
Meskipun demikian, keluarga Abu Assi tetap memasak, kali ini dengan tujuan khusus untuk membantu para pengungsi akibat serangan dan pengepungan Israel di Gaza. Ini adalah misi yang belum pernah dilakukan sebelumnya.
Menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), satu juta warga Palestina di Jalur Gaza telah menjadi pengungsi sejak Israel mulai membombardir wilayah tersebut pada 7 Oktober. Total populasi di daerah terblokir ini adalah 2,3 juta jiwa, yang berarti setengah dari warga telah mengungsi.
Banyak dari mereka yang pindah ke wilayah selatan Jalur Gaza setelah menerima peringatan berulang dari militer Israel untuk meninggalkan wilayah utara. Setiap hari, keluarga Abu Assi memasak 2.000 hidangan untuk memberi makan orang-orang yang tiba di Khan Younis, sehingga meningkatkan populasi di kota selatan tersebut menjadi lebih dari setengah juta orang dari sekitar 220 ribu pada tahun 2021.
“Saya memulai pagi saya dengan mencari kayu karena kami tidak memiliki gas untuk memasak,” kata Abu Assi seperti yang dikutip dari Aljazeera.
Blokade total Israel terhadap pasokan bahan bakar ke Gaza diberlakukan oleh Israel sejak 7 Oktober. Namun, mengambil kayu sendiri juga berisiko karena dekat dengan perbatasan Israel.
Namun, Abu Assi terus melanjutkan misinya. Dia dan sepupunya membagi tugas untuk menjadi lebih efisien. Satu orang bertugas memotong bawang, orang lain bertugas menambahkan bahan dan mengad