Perbankan syariah di seluruh dunia menghadapi berbagai tantangan pertumbuhan. Beberapa tantangan ini juga dihadapi oleh perbankan syariah di Turki. Meskipun lebih dari 95 persen penduduk Turki adalah Muslim, namun penetrasi keuangan Islam di negara ini masih rendah. Bank-bank konvensional masih lebih populer daripada bank syariah di sana.
Salah satu alasan mengapa penduduk Turki lebih memilih menggunakan bank konvensional adalah karena Turki menerapkan konsep sekularisme di negaranya. Sekulerisme ini membuat negara menjadi netral dalam masalah agama. Tidak ada dukungan resmi dari negara untuk agama tertentu. Beberapa penduduk Turki juga lebih suka menggunakan bank konvensional karena lebih mudah dan mereka tidak terlalu mempermasalahkan hal-hal yang terkait dengan agama.
Meskipun begitu, kondisi perbankan syariah di Turki diprediksi akan terus tumbuh dalam 10 tahun mendatang. Pemerintah Turki telah mendirikan tiga bank syariah milik negara sejak 2015 hingga 2019 untuk memperluas akses dan meningkatkan persaingan di sektor ini. Bahkan pada tahun 2020, Badan Regulasi dan Pengawasan Perbankan negara memberikan lisensi perbankan kepada Turkiye Emlak Katilim Bankası (Emlak Bank), sehingga jumlah bank syariah sebagai bank partisipasi lokal meningkat.
Di Indonesia, literasi perbankan syariah juga masih perlu ditingkatkan. Namun, pertumbuhan bisnis perbankan syariah di Indonesia terus menunjukkan tren positif dan ekonomi syariah semakin dikenal oleh masyarakat.
Sekarang ini, mungkin masih banyak orang yang belum tertarik untuk menjadi nasabah bank syariah, seperti yang dirasakan oleh Muhammad (32) yang disebut dalam artikel tersebut. Namun, dengan upaya peningkatan literasi dan kesadaran masyarakat, diharapkan minat terhadap perbankan syariah di Indonesia bisa semakin meningkat.