Gunung Merapi tetap aktif dalam seminggu terakhir. Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) mencatat bahwa Merapi masih mengeluarkan lava beberapa puluh kali. Kepala BPPTKG, Agus Budi Santoso, mengatakan bahwa sepanjang pekan, tercatat 79 kali guguran lava yang mengarah ke selatan hingga barat. Guguran lava ini meliputi empat kali ke hulu Kali Boyong sejauh maksimal 1.500 meter, 74 kali ke hulu Kali Bebeng sejauh maksimal 2.000 meter, dan satu kali ke hulu Kali Sat/Putih sejauh 1.500 meter. Suara guguran terdengar 13 kali dari Pos Pengamatan Merapi Babadan dengan intensitas kecil hingga sedang.
Selain itu, aktivitas kegempaan Merapi juga masih tinggi. Dalam seminggu, Merapi tercatat tiga kali gempa Vulkanik Dangkal (VTB), 1.787 kali gempa Fase Banyak (MP), satu kali gempa Frekuensi Rendah (LF), 784 kali gempa Guguran (RF), dan sembilan kali gempa Tektonik (TT). Intensitas kegempaan pada pekan ini masih tinggi, terutama gempa MP yang mengindikasikan adanya kenaikan aktivitas magmatik di kedalaman kurang dari 1,5 kilometer dari puncak.
Pemantauan deformasi Merapi menggunakan electronic distance measurement (EDM) menunjukkan pemendekan jarak tunjam rata-rata sebesar 0,02 centimeter per hari. Selama pekan ini, terjadi hujan di Pos Pengamatan Gunung Merapi dengan intensitas curah hujan sebesar 36 millimeter per jam selama 20 menit di Pos Kaliurang pada 7 November 2023. Tidak dilaporkan penambahan aliran maupun lahar di sungai-sungai yang bermuara di Gunung Merapi.
Dengan aktivitas yang masih tinggi, BPPTKG tetap menetapkan status siaga atau level 3 untuk Gunung Merapi. Potensi bahaya dari aktivitas Merapi saat ini berupa guguran lava dan awan panas pada sektor selatan-barat daya. Potensi bahaya tersebut meliputi Kali Boyong, Kali Bedog, Krasak, Bebeng sejauh maksimal tujuh kilometer, Kali Woro sejauh maksimal tiga kilometer, Kali Gendol sejauh lima kilometer. Lontaran material vulkanik bila terjadi letusan eksplosif dapat menjangkau radius tiga kilometer dari puncak.