Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Bintang Puspayoga, mengingatkan perempuan Indonesia untuk meneladani semangat perjuangan perempuan di masa perang kemerdekaan. Bintang meyakini bahwa keberanian perempuan pejuang tersebut dapat menjadi inspirasi bagi pemberdayaan perempuan di masa sekarang.
Bintang menyampaikan hal tersebut setelah mengunjungi enam perempuan pejuang yang tinggal di kota Denpasar, Bali. Selain itu, Bintang juga memberikan tali kasih kepada mereka. Para pejuang perempuan yang dikunjungi antara lain Ni Nyoman Teplo (98 tahun), Ni Nyoman Sembero (86 tahun), Ni Ketut Runtji (93 tahun), Ni Luh Gede (95 tahun), Rossalyna Revida Nasution (76 tahun), dan Ni Made Nganjungan (94 tahun).
Keenam pejuang tersebut pernah bertugas di bagian logistik dan ada yang membantu penyaluran perlengkapan senjata di garis depan pertempuran. Kunjungan ini dilakukan dalam rangka Peringatan Hari Ibu ke-95.
“Semangat pantang menyerah ini harus menjadi motivasi bagi setiap perempuan di Indonesia untuk menjadi perempuan yang berdaya,” ujar Bintang pada Ahad (17/12/2023).
Bintang juga mengingatkan agar masyarakat tidak melupakan perjuangan para pahlawan dan anggota veteran perempuan. Ia berharap semangat mereka dapat memotivasi perempuan Indonesia untuk semakin berdaya.
Bintang juga mencatat bahwa memperjuangkan kemerdekaan bukanlah hal yang mudah, membutuhkan keberanian besar dan ketahanan yang tinggi. Ia menyaksikan bahwa semangat para perempuan pejuang tidak pernah padam dan menyebut mereka memiliki kebanggaan besar karena berkontribusi dalam perang kemerdekaan.
Anjangsana ini merupakan bentuk kerjasama antara KemenPPPA, Perhimpunan Perempuan Tionghoa Indonesia (PINTI), dan organisasi Wirawati Catur Panca yang bertanggung jawab membina kekeluargaan para veteran perempuan dan meningkatkan status sosial wanita pejuang.
Di sisi lain, Bintang menjelaskan bahwa slogan “Hari Ibu Bukan Sekadar Mother’s Day” aktif digaungkan KemenPPPA sejak 2019, khususnya mendekati Peringatan Hari Ibu setiap 22 Desember.
Bintang mengingatkan bahwa Hari Ibu adalah pengakuan dari eksistensi perjuangan perempuan pejuang di masa kemerdekaan. Peringatan Hari Ibu di Indonesia lahir dari pergerakan perempuan pada Kongres Perempuan Pertama di Indonesia pada Desember 1928 di Yogyakarta.
“Kami tidak akan lelah mendorong esensi dari Hari Ibu yang maknanya menggambarkan kegigihan perempuan sejak masa pergerakan kemerdekaan,” ucap Bintang.