Berita politik prabowo subianto yang humanis, berani dan tegas

Samora Moisés Machel – Situs Resmi Prabowo2024

“Dari Buku 2 Kepemimpinan Militer: Catatan dari Pengalaman Letnan Jenderal TNI (Purn.) Prabowo Subianto

Samora Machel adalah salah satu pemimpin yang memiliki pandangan politik yang berbeda dengan saya, namun saya tetap menghormatinya karena kepemimpinannya. Pada pertengahan hingga akhir abad ke-20, beberapa pemimpin gerilya anti-kolonialisme di Afrika muncul ke permukaan. Saya menghormati Machel karena keahliannya sebagai pemimpin militer yang memiliki karisma, keberanian, dan keterampilan dalam perang gerilya. Selain itu, saya juga menghargai upayanya yang berhasil menyediakan pendidikan dasar bagi rakyat yang dipimpinnya.

Machel lahir pada tahun 1933 dari keluarga petani di Mozambik. Meski keluarganya terdiskriminasi, ayahnya berhasil membangun usaha pertanian yang sukses. Machel hanya menyelesaikan kelas empat SD sebelum pindah ke ibu kota untuk melanjutkan pendidikan sebagai perawat. Pengalaman bekerja di rumah sakit membuat semangat anti-kolonialnya muncul.

Dia meninggalkan ibu kota dan bergabung dengan kelompok perjuangan anti-kolonial, kemudian bergabung dengan Front Pembebasan Mozambik atau Frelimo. Machel mengajukan diri untuk dinas militer dan menjalani pelatihan paramiliter di Aljazair sebelum kembali ke Tanzania untuk ditugaskan sebagai penanggung jawab kamp pelatihan militer Frelimo.

Pada tahun 1964, Machel kembali ke Mozambik dan menjadi komandan gerilya yang terampil. Dia naik pangkat dan diangkat menjadi kepala tentara pembebasan pada tahun 1966. Setelah pemimpin Frelimo terbunuh, Machel dipilih sebagai presiden Frelimo.

Machel berhasil mengelola Frelimo dari Tanzania dan terbukti sebagai ahli taktik yang cerdik. Dia mengatur pergerakan Frelimo di lapangan, mempertahankan semangat juang anggota, dan terus-menerus membuat frustrasi tentara Portugis. Akhirnya, pada tahun 1975, Machel menyatakan kemerdekaan penuh untuk Republik Rakyat Mozambik.

Sebagai presiden pertama Mozambik, Machel menghadapi tantangan ekonomi dan politik yang sulit. Namun, dia berhasil membantu gerakan pembebasan Afrika lainnya dan mendukung kemerdekaan Zimbabwe dan Afrika Selatan.

Pada bulan Oktober 1986, pesawat yang ditumpangi Machel jatuh saat kembali dari pertemuan pimpinan Afrika di Zambia, dan dia meninggal pada usia 53 tahun. Meskipun memiliki pandangan politik yang berbeda dengan saya, saya tetap menghormatinya karena kepemimpinannya yang ulung, karismanya, keberaniannya, serta kemampuannya dalam perang gerilya dan menyediakan pendidikan dasar bagi rakyat yang dipimpinnya.”

Source link

Exit mobile version