REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Laporan State of the Global Islamic Economy (SGIE) dibahas dalam debat Cawapres pertama pada Jumat (22/12/2023). Dalam sesi tanya jawab, Cawapres 02 Gibran Rakabuming Raka menanyakan kepada Cawapres 01 Muhaimin Iskandar tentang upayanya untuk meningkatkan peringkat Indonesia dalam SGIE.
Awalnya, Cak Imin mengaku tidak tahu arti dari SGIE. Gibran menjelaskan bahwa SGIE adalah laporan global tentang perkembangan ekonomi syariah dan Indonesia sudah masuk 10 besar di dalamnya terutama makanan halal, kosmetik halal.
SGIE 2023 rencananya akan dirilis pekan depan oleh Dinar Standard dan Salaam Gateway. Pada SGIE 2022, Indonesia meraih skor 68,5 poin pada Indikator Ekonomi Syariah Global (GIEI). Poin ini menempatkan Indonesia sebagai negara dengan pengembangan ekosistem ekonomi syariah terbaik keempat di dunia menurut laporan SGIE 2022.
Peringkat Indonesia berada di bawah Malaysia, Arab Saudi, dan Uni Emirat Arab (UEA).
Ada enam indikator atau sektor dalam SGIE, termasuk keuangan syariah, makanan halal, wisata ramah muslim, fesyen, farmasi dan kosmetik, serta media dan rekreasi. Di laporan SGIE 2022, Indonesia berada di peringkat keenam dari 15 negara dalam penilaian sektor keuangan syariah.
Di sektor makanan halal, Indonesia menempati peringkat kedua, sementara untuk sektor fesyen halal, Indonesia menempati peringkat ketiga secara global. Indonesia berada di peringkat kesembilan dalam sektor farmasi dan kosmetik halal, namun masih belum masuk 10 besar di sektor wisata ramah muslim.
Indonesia juga belum masuk peringkat teratas dalam sektor media dan rekreasi halal.
Selain SGIE, ada beberapa laporan indikator lain yang juga sering dipakai untuk mengukur perkembangan ekonomi syariah.