Kondisi ekonomi Israel semakin memburuk akibat agresi militer di Jalur Gaza yang tidak berhasil. Menurut Taub Center for Social Policy Studies, perekonomian Israel diprediksi akan turun sebesar 2 persen pada kuartal akhir 2023. Krisis tenaga kerja juga terjadi karena adanya perang berkepanjangan melawan Hamas. Sebagian besar pekerja Israel terpaksa mengungsi atau bergabung sebagai tentara cadangan, mengakibatkan lonjakan pengangguran hingga sekitar 900 ribu orang.
Krisis ini berdampak besar pada berbagai sektor ekonomi, dan proyeksi pertumbuhan Israel tahun depan diprediksi rendah. Bank of Israel memberikan proyeksi pertumbuhan sebesar 2 persen, sementara analis ekonomi memperkirakan hanya akan tumbuh sebesar 0,5 persen. Situasi ekonomi juga semakin terhambat dengan kekurangan tenaga kerja, terutama di sektor pariwisata, konstruksi, dan pertanian.
Keputusan pemerintah untuk melarang sebagian besar pekerja Palestina memasuki Israel mengakibatkan kerugian ekonomi hingga miliaran shekel Israel per bulan. Banyak industri terhenti dan produktivitasnya menurun. Begitu juga dengan sektor pertanian, yang mengalami kesulitan karena kekurangan tenaga kerja.
Selain itu, Israel juga menghadapi potensi kelangkaan pangan akibat ancaman di Laut Merah oleh pemberontak Houthi di Yaman yang didukung Iran. Kekurangan pangan ini akan semakin memperburuk kondisi ekonomi Israel.
Dengan berbagai masalah yang terjadi, kondisi ekonomi Israel semakin memburuk dan kebutuhan akan solusi yang cepat dan tepat sangat diperlukan. Semoga situasi ini segera dapat diatasi untuk memulihkan perekonomian Israel.