Artikel ini mengenai Francisco Villa, seorang pemimpin revolusi Meksiko yang lahir di Durango pada tahun 1878. Villa memiliki berbagai pengalaman sejak kecil, mulai dari bersekolah di gereja lokal hingga menjadi petani dan berbagai pekerjaan lainnya. Pada tahun 1910, pandangan Villa tentang bandit berubah setelah bertemu Abraham González yang meyakinkannya bahwa melalui banditnya dia bisa berjuang untuk rakyat. Dia juga menjadi gubernur sementara Negara Bagian Chihuahua pada tahun 1913.
Salah satu karakteristik kepribadian Villa adalah obsesinya untuk mewujudkan keadilan bagi petani miskin yang tidak memiliki tanah di Meksiko, terutama di wilayah di utara Meksiko: Chihuahua, dan Durango. Obsesi dan kemampuan bertarungnya yang alami, juga keberaniannya mendorongnya untuk memimpin pasukan gerilya yang kuat yang bersekutu dengan pasukan Zapata di selatan. Bersama-sama, mereka berhasil mengambil alih ibu kota, Mexico City.
Menariknya, ketika dikisahkan bahwa Villa dan Zapata berhasil mengambil alih Mexico City, mereka menolak untuk menjadi presiden. Villa mengatakan bahwa dia seorang pejuang bukan negarawan dan tidak cukup berpendidikan untuk menjadi presiden. Meskipun memiliki kekuatan militer, dia menolak untuk menjadi presiden karena merasa dirinya tidak memenuhi syarat.
Dalam konteks kepemimpinan, artikel ini menekankan pentingnya kesadaran akan keterbatasan diri dan kesiapan untuk terus belajar. Pesan ini ditujukan kepada para calon pemimpin Indonesia masa depan, agar selalu mempersiapkan diri dengan peningkatan ilmu dan kemampuan. Kesetiaan pada kejujuran dan keterbukaan atas keterbatasan diri seperti yang ditunjukkan Pancho Villa juga ditekankan dalam artikel ini.
Sumber: https://prabowosubianto.com/pancho-villa/
