Berita politik prabowo subianto yang humanis, berani dan tegas
Berita  

Industri Nilam Aceh Menyambut Era Baru

REPUBLIKA.CO.ID, BANDA ACEH — Pusat Riset Atsiri (ARC) Pusat Unggulan Iptek Perguruan Tinggi (PUIPT) Nilam Aceh Universitas Syiah Kuala (USK) di Banda Aceh menyatakan bahwa industri nilam Aceh telah memasuki era baru.

“Di era baru ini, ekosistem rantai pasok dan nilai-nilainya lebih adil dan berkelanjutan bagi semua pemangku kepentingan nilam,” kata Kepala ARC USK, Syaifullah Muhammad.

Syaifullah menyatakan bahwa industri nilam Aceh pada masa lalu berfokus pada jalur budidaya, di mana proses penyulingan untuk menghasilkan minyak nilam (crude patchouli) dan ekspor dilakukan. Dalam jalur ini, ruang inovasi untuk menambah nilai lokal hampir tidak ada atau sangat terbatas, sehingga nilai tambahnya banyak diambil oleh luar negeri.

Selama delapan tahun terakhir, terjadi pengembangan teknologi inovatif molecular distillation and fractionation yang dilakukan di bawah ARC USK. Teknologi ini digunakan untuk proses pemurnian minyak nilam dari kotoran (impurities), sehingga menghasilkan intermediate product berupa hi-grade patchouli dengan rentang persentase patchouli alkohol (PA) yang beragam.

“Pemurnian Patchouli bisa digunakan sebagai bahan aktif dalam berbagai produk akhir yang memiliki nilai ekonomi tinggi. PA di atas 60 persen digunakan untuk fiksatif parfum, sementara PA di bawah 10 persen cocok untuk skincare, kosmetik, toiletries, dan lainnya,” ujar Syaifullah.

ARC USK bersama pemerintah, dunia usaha, masyarakat, dan media berhasil membentuk ekosistem baru bagi industri nilam Aceh melalui transfer teknologi, penguatan UMKM lokal, pengembangan kerjasama internasional, gerakan literasi, dan inklusi nilam. Saat ini, ekosistem industri nilam Aceh tidak hanya terbatas pada budidaya, penyulingan, dan ekspor, tetapi juga meliputi pemurnian, inovasi produk, dan peningkatan pasar lokal maupun internasional.

“Kita telah memasuki babak baru dalam sejarah nilam Aceh. Dahulu semua minyak nilam diekspor ke luar negeri. Namun sekarang, sebagian besar minyak tersebut dimurnikan di Aceh dan digunakan oleh UMKM untuk mengembangkan produk parfum lokal, aroma terapi, dan lainnya yang memberikan nilai tambah ekonomi, serta diekspor untuk devisa negara,” jelas Syaifullah.

Sumber: ANTARA

Exit mobile version