Bank Syariah Indonesia (BSI) menunjukkan kinerja yang mengesankan di pasar saham sehingga membuatnya menjadi salah satu saham yang mempengaruhi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sepanjang tahun 2024 berkat fundamental yang kuat dan likuiditas yang terjaga. Sampai dengan pembukaan perdagangan pada Rabu (5/6/2024), saham BRIS telah naik sebesar 31,03 persen sepanjang tahun ini.
Rizky Budinanda, Group Head Investor Relations BSI, mengungkapkan bahwa kenaikan harga saham ini mencerminkan keyakinan investor terhadap kinerja positif BSI sejak didirikan pada awal 2021.
“Pergerakan saham BRIS menunjukkan prospek positif dari kinerja keuangan BSI. Strategi yang tepat, model bisnis yang fleksibel dan terdigitalisasi menjadi pendorong utama kinerja fundamental BSI,” kata Rizky.
Rizky menunjukkan bahwa sepanjang tahun 2023, BSI berhasil mencatat laba bersih sebesar Rp5,7 triliun, tumbuh 33,82 persen secara tahunan (yoy). Kinerja positif ini didukung oleh pertumbuhan pembiayaan, penghimpunan dana pihak ketiga (DPK), dan dana murah yang tumbuh dua digit.
Momentum positif ini terus berlanjut hingga kuartal I 2024 dengan laba bersih mencapai Rp1,71 triliun, tumbuh 17,07 persen yoy. Aset BRIS mencapai Rp358 triliun, tumbuh 14,25 persen, yang menempatkannya sebagai bank dengan pertumbuhan aset tertinggi ketiga di industri perbankan nasional.
Manajemen BSI juga optimis dengan likuiditas yang memadai dan pertumbuhan DPK yang positif hingga April 2024, sehingga BSI terus memperkuat posisinya sebagai pemain utama di pasar perbankan syariah di Indonesia. DPK BSI tumbuh 9,41 persen secara tahunan menjadi Rp293,24 triliun per April 2024 dengan Financing to Deposit Ratio (FDR) yang relatif rendah di level 83,05 persen. Kondisi ini dapat mendukung pertumbuhan aset BSI ke depannya. Rasio non-performing financing (NPF) bruto berada pada level 2,01 persen, menunjukkan kualitas pembiayaan yang sangat terjaga dengan cost of credit di bawah 1 persen, yaitu 0,88 persen.