PortalBeritaAntara.info adalah situs berita yang berfokus pada penyajian informasi terbaru dan analisis mendalam

Makna Sejarah Tradisi Ogoh-Ogoh dalam Hari Raya Nyepi di Bali

Setiap tahun menjelang Hari Raya Nyepi, masyarakat Bali menyelenggarakan pawai ogoh-ogoh, sebuah tradisi unik yang menampilkan boneka raksasa dengan wujud menyeramkan. Ritual ini tidak hanya menjadi daya tarik wisata, tetapi juga memiliki makna filosofis yang mendalam. Pawai ogoh-ogoh adalah upaya umat Hindu di Pulau Dewata untuk membersihkan diri dari energi negatif sebelum memasuki Hari Raya Nyepi.

Asal usul ogoh-ogoh berasal dari kata “ogah-ogah” dalam bahasa Bali yang berarti sesuatu yang digoyang-goyangkan. Tradisi ini memiliki akar sejarah yang panjang dan mulai dikenal sejak zaman Dalem Balingkang. Ogoh-ogoh awalnya digunakan dalam upacara Pitra Yadnya, upacara pemujaan roh leluhur umat Hindu yang telah meninggal dunia.

Ogoh-ogoh menggambarkan kepribadian Bhuta Kala, simbol kekuatan alam semesta dan waktu yang tidak terukur. Dalam ajaran Hindu Dharma, Bhuta Kala melambangkan unsur-unsur kekuatan jahat yang harus dinetralisir. Pawai ogoh-ogoh dilaksanakan pada malam pengerupukan sehari sebelum Nyepi untuk menetralisir Bhuta Kala atau energi negatif.

Tradisi ogoh-ogoh menjelang Hari Raya Nyepi di Bali adalah perpaduan antara ritual keagamaan dan ekspresi seni yang sarat makna filosofis. Melalui pawai ini, masyarakat Bali mengekspresikan kreativitas dalam menciptakan ogoh-ogoh yang melambangkan sifat negatif yang harus dihilangkan. Selain melestarikan warisan budaya leluhur, pawai ogoh-ogoh juga menjadi momen introspeksi diri bagi masyarakat Bali, mengajarkan pentingnya keseimbangan dan harmoni dalam kehidupan menjelang Hari Raya Nyepi.

Source link