Keraton Yogyakarta tetap menjadi salah satu tujuan wisata yang diminati baik oleh wisatawan domestik maupun mancanegara, karena menjadi pusat kebudayaan Jawa dan kediaman resmi Sri Sultan Hamengkubuwono. Pada tahun 2025, pengelola Keraton Yogyakarta telah menetapkan harga tiket masuk yang berbeda-beda tergantung pada status kewarganegaraan dan usia pengunjung yang ingin mengunjungi keraton.
Bagi wisatawan domestik, harga tiket masuk adalah Rp15.000 untuk dewasa dan Rp10.000 untuk anak-anak. Sementara itu, untuk wisatawan mancanegara, harga tiket masuk adalah Rp25.000 untuk dewasa dan Rp20.000 untuk anak-anak. Anak usia 0-2 tahun dapat masuk secara gratis. Kebijakan harga tersebut bertujuan untuk memberikan akses yang luas kepada semua masyarakat sambil tetap mendukung pelestarian budaya dan sejarah Keraton Yogyakarta.
Keraton Yogyakarta buka untuk umum setiap hari Selasa hingga Minggu dari pukul 08.00 hingga 14.00 WIB. Namun, pada hari Senin dan tanggal 17 Agustus, Keraton tutup untuk umum. Lokasinya berada di Jl. Rotowijayan No. 1, Panembahan, Kecamatan Kraton, Kota Yogyakarta, yang strategis dan terletak di kawasan wisata utama kota Yogyakarta.
Sejarah Keraton Yogyakarta tidak dapat dilepaskan dari Perjanjian Giyanti pada 13 Februari 1755, yang membagi Kerajaan Mataram menjadi Kasunanan Surakarta dan Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat. Pangeran Mangkubumi, yang kemudian menjadi Sri Sultan Hamengku Buwono I, mendirikan Keraton Yogyakarta di lahan bekas pesanggrahan Garjitawati setelah perjanjian tersebut.
Keraton Yogyakarta menawarkan arsitektur khas Jawa dengan pengaruh budaya asing seperti Portugis, Belanda, dan Tiongkok. Di dalam kompleks tersebut, terdapat museum dengan koleksi berharga seperti museum lukisan, museum Sri Sultan Hamengkubuwono IX, museum batik, dan museum kereta kencana. Perjalanan ke Keraton Yogyakarta bukan hanya tentang bangunan bersejarah, tetapi juga mengungkap sejarah, budaya, dan falsafah masyarakat Jawa yang masih dijaga hingga hari ini.