TEMPO.CO, Jakarta – Metode kejahatan siber saat ini semakin bervariasi dan berkembang. Temuan terbaru dari Crowd Strike mencatat bahwa para pelaku kejahatan siber menggunakan identitas korban untuk dieksploitasi. Data pribadi tersebut digunakan oleh para pelaku untuk membuka akses ke platform dan aplikasi yang ingin mereka retas.
Berdasarkan rilis resmi yang diterima TEMPO, edisi tahunan ke-10 dari Crowd Strike menyoroti lebih dari 230 kelompok pelaku kejahatan siber sejak tahun lalu hingga saat ini. Beberapa temuan menunjukkan bahwa tren kejahatan siber telah mengalami banyak perubahan dan pembaruan.
Crowd Strike juga mencatat perkembangan dan kecanggihan metode kejahatan siber yang dilakukan oleh pelaku dengan skala global. Metode terbaru ini memungkinkan para pelaku kejahatan siber untuk meretas perangkat korban dalam hitungan menit tanpa memerlukan waktu yang lama.
“Ada peningkatan dramatis dalam kecepatan serangan dan ini mengkhawatirkan, kami melihat bahwa pelaku kejahatan siber hanya memerlukan 31 detik untuk menempatkan alat initial discovery setelah mendapatkan akses awal,” ujar Kepala Counter Adversary Operations Crowd Strike, Adam Mayers.
Adam menjelaskan bahwa para pelaku kejahatan siber menargetkan cloud dengan memanfaatkan data identitas yang valid. Data tersebut diperoleh dari pengguna yang tidak menjaga identitas pribadi mereka secara ketat. Akibatnya, para peretas dapat dengan mudah mengakses seluruh informasi tentang pengguna.
Setelah mendapatkan data pribadi, para pelaku kejahatan siber akan lebih mudah meretas dan menyusup ke dalam cloud atau perangkat yang mereka targetkan. Menurut Adam, menangani situasi ini sangat sulit karena tim keamanan tidak dapat mengidentifikasi pelaku karena data yang digunakan adalah milik korban.
“Laporan yang kami temukan menunjukkan peningkatan gangguan cloud secara umum sebesar 75 persen, dengan kasus cloud-conscious yang meningkat hingga 110 persen dari tahun ke tahun,” tambah Adam.
Pada tahun sebelumnya, Crowd Strike menemukan berbagai modus operandi kelompok pelaku kejahatan siber yang menargetkan bisnis di berbagai sektor di seluruh dunia. Kemungkinan besar kondisi ini akan terus berlanjut tahun ini. “Kami terus berupaya untuk meningkatkan keberhasilan keamanan siber,” kata Adam.
Editor’s Choice: Tanah Longsor Terjang Pengguna Jalan di Luwu, Temuan Korban Meninggal Bertambah