Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering merasakan perbedaan karakter antara individu yang lebih tenang dan sabar dengan yang selalu penuh energi dan spontan. Perbedaan ini ternyata tidak hanya dipengaruhi oleh kebiasaan atau suasana hati, tetapi juga terkait dengan jenis temperamen yang dimiliki setiap orang. Mengetahui temperamen diri sendiri dan orang di sekitar dapat membantu membangun komunikasi yang lebih sehat dan produktif.
Temperamen seseorang diyakini bersifat bawaan dan dipengaruhi oleh faktor genetik. Penelitian menunjukkan bahwa sekitar 20% hingga 60% temperamen ditentukan oleh faktor keturunan. Ada empat jenis temperamen utama yang dikenal yaitu koleris, sanguinis, plegmatis, dan melankolis. Meskipun setiap individu memiliki campuran dari keempat temperamen tersebut, biasanya ada satu yang dominan.
Sanguinis adalah orang yang cenderung ekstrovert, ceria, dan optimis. Mereka senang menjadi pusat perhatian namun juga cenderung impulsif. Koleris memiliki sifat tegas, dominan, dan bersemangat dalam mencapai tujuan, meskipun terkadang terlalu keras kepala. Plegmatis digambarkan sebagai individu santai, pendiam, dan cenderung menghindari konflik. Sedangkan melankolis adalah orang yang analitis, sensitif, dan perfeksionis, namun seringkali mudah cemas.
Memahami jenis temperamen bukan untuk mengategorikan individu, tetapi untuk lebih memahami karakter diri sendiri dan orang lain. Dengan pengenalan yang lebih dalam terhadap temperamen, kita dapat membangun hubungan yang lebih baik dan produktif.