Reverse psychology menjadi sorotan belakangan ini di media sosial. Banyak warganet mulai memahami bahwa kita bisa mempengaruhi orang lain tanpa harus meminta langsung. Fenomena ini adalah bagian dari teknik psikologis yang memanfaatkan kecenderungan manusia untuk menanggapi larangan atau perintah dengan cara yang berlawanan. Meskipun sederhana, reverse psychology memiliki kekuatan besar dalam memengaruhi keputusan dan perilaku. Strategi ini dilakukan dengan menyampaikan hal yang seolah-olah bertolak belakang dari harapan sebenarnya.
Reverse psychology adalah cara untuk mempengaruhi orang agar bertindak sesuai dengan keinginan kita tanpa memintanya langsung. Misalnya, dengan mengatakan bahwa seseorang tidak akan bisa melakukan sesuatu diharapkan dia justru akan termotivasi untuk membuktikan sebaliknya. Teknik ini juga dikenal sebagai strategic self-anticonformity di mana seseorang menyampaikan hal yang bertentangan dengan keinginannya untuk mendapatkan reaksi yang diinginkan dari orang lain. Meskipun bisa efektif, reverse psychology juga bisa memicu reaksi emosional yang disebut reactance di mana seseorang melawan pengaruh orang lain demi mempertahankan kebebasan diri.
Teknik reverse psychology kerap digunakan tanpa disadari dalam situasi sehari-hari seperti dalam penjualan, pengasuhan anak, dan hubungan romantis. Ada beberapa tanda bahwa seseorang sedang menggunakan reverse psychology, seperti menyampaikan komentar negatif untuk memancing reaksi atau terus mengulangi satu ide hingga membuat orang lain melakukan hal sebaliknya. Meskipun efektif, penggunaan reverse psychology yang tidak tepat bisa menimbulkan dampak negatif terutama bagi anak-anak atau orang dengan self-esteem rendah. Jika dirasa sebagai manipulasi terselubung, strategi ini bisa merusak hubungan yang dibangun.